Senin, 02 Mei 2016

Bersama Bintang "Page1"

          Malam semakin gelap saat tiba tiba lampu di sekitar asrama mati. Seketika suasana kamar menjadi gelap gulita hanya tersisa satu sumber cahaya laptop yang sedari tadi ku gunakan untuk menyelesaikan layout majalah yang harus selesai minggu depan.
Tiba tiba terdengar suara handphone dari balik layar laptop.
Sekilas kulihat nama yang tertera didinding layar my  partner seketika kudekatkan handphone ke telinga kananku
" woyyyy" sapanya dari sebelang sana .
"Apaan sih... biasa banget deh " sergahku sedikit kesal dengan kebiasaan buruknya yang selalu memulai percakapan dengan kata itu, kesannya sudah seperti password saja.
"Hehe... biasa, lagi apa ?" Lanjutnya dengan ekspresi tak bersalahnya.
" hmm...tadi masih layout, tapi udah malas pas mati lampu" jawabku ogah ogahan.
" masih mending kamu layoutnya di laptop. Nah aku di komputer...! Mana belum sempat kesimpan juga tadi"
Jadi ceritanya kita partner redaksi majalah di ponpes Mashduqiah tempat kita mengabdi. Namanya Ary, kebetulan setelah lulus SMA beberapa dari angkatan kita mendapatkan kewajiban untuk mengabdikan diri di pondok tempat kita menuntut ilmu, ada yang mendapat bagian pembelajaran, bagian keamanan, bagian kesenian, peribadatan,dan jurnalistik. Sedang aku dan Ary mendapat bagian jurnalistik yang mau tak mau harus mengurus majalah pundok yang harus terbit 1 kali dalam 1 bulan.
" lah terus gimana tuh ? Nggak hilang tah ntar kalo udah idup?" Tanyaku dengan nada cemas.
" entahlah. Coba deh kamu keluar kamar " . Ujarnya tanpa rasa cemas sedikitpun, malah merubah topik pembicaraan.
" males ah, ngapain juga " membayangkan harus keluar kamar ketika listrik belum menyala, rasanya lebih baik didalam saja.
" ayolah, ada pemandangan bagus loh diluar " bujuknya lagi yang mau tak mau akupun mengiyakan permintaannya.
Benar saja, suasana langit malam begitu indah, dihiasi taburan jutaan bintang dilangit lepas ditambah lagi tak ada cahaya lampu yang menyaingi indah sinarnya.
" hwah..... " ucapku tetap terkesiap dengan keindahan ciptaannya.
" gimana ? Keren kan !" Lanjutnya memahami ekspresi yang tersirat dari ucapanku.
" emm... biasa aja "ujarku mengelak.
Seketika suasana menjadi bisu, seakan kita sibuk dengan pikiran masing masing, dengan kenangan masing masing berama sang bintang. Kebiasaan di masa kecilku sulu, berjalan menuju tempat belaja quran dengan menengadahkan kepala ke langit demi menikmati indahnya percikan kecil cahaya bintang dilangit luas.
Tiba tiba sekelebat cahaya putih membuyarkan lamunanku.
" eh kamu lihat nggak ?" Ucap kita serempak.
" hwa... kesempatan langka" kataku.
" syukur deh bisa melihat fenomena langka bareng kamu" lanjutnya seakan menerawang keangkasa jauh, membuatku menghembuskan nafas .
" udah buat permintaan belum? "
Tanyanya seketika.
"Hah? Buat harapan ke bintang jatuh maksudmu ? Itu kan cuma mitos" lanjutku sok tahu, padahal aku sendiri....
" ya... siapa tau jadi kenyataan beneran"  Katanya.
" trus apa harapanmu ? " tanyaku sedikit penasaran. Terbesit satu harapan dalam hati yang ingin rasanya dia juga mengharapkan kal yang sama denganku.
" ada deh, hanya aku dan tuhan yang tahu"
                             ~♡a♡~

Minggu, 01 Mei 2016

Alasan mengapa sebaiknya tidak memilih jurusan Aritektur

Hal pertama yang terlintas dibenak kita ketika pertama mendengar  mereka yang kuliyah di jurusan teknik arsitektur. Keren ?
Sayangnya apa yang kita lihat dan yang mereka rasakan sangatlah berbeda.
Beberapa fakta tentang jurusan Teknik Arsitektur:
1. Keren diluar saja.
Kalau tahu kehidupan sehari hari mahasiwa arsitek, baru bisa menilai bagaimana "keren"nya mereka .
2. Time schadule berbeda dari yang lain.
Jadwal kegiatan sehari hari mereka beda dari mahasiswa "normal" lainnya . Mulai dari jam 07:30 bangun tidur, lanjut kuliyah, nungas di jam malam dan tidur pada jam 03:00 atau menjelang pagi.
3. Waktu makan berubah
Sudah tidak dikenal istilah breakfast dalam daftar kegiatan harian mereka. Yang ada makan jika sempat atau ada waktu luang saja.
4. Uang saku lebih cepat menipis demi membeli peralatan kuliyah.
Seperti pensil warna , cat air, kertas yang bermacam macam, print poster, dan masih banyak lainnya.
5. Jurusan yang sering php in mahasiswanya .
Bahkan untuk asistensi gambar saja butuh perjuangan. Bukan masalah menggambarnya, tapi hanya untuk menemui asisten dosennya saja yang butuh perjuangan bahkan tak jarang mereka harus menunggu berjam jam atau malah sampai harus kembali keesokan harinya demi mengoreksikan gambar.
6. Mayoritas mahasiswanya  merasa salah memilih jurusan.
Hal biasa ketika ditanya mengapa memilih jurusan arsitektur. Kebanyakan dari meeka hanya asal asalan ketika memilih atau hanya karena kesannya keren kalau jadi mahasiswa teknik arsitektur.
7. lulus tepat waktu ?
Bahkan mahasiswa semester 12 saja masih banyak . Hanya mereka yang benar benar niat dan bertekat keras yang bisa lulus tepat waktu, bukan waktu yang tepat.
8.masa mudanya berkurang.
Haha waktu waktunya lebih banyak digunakan untuk tugas, bahkan jalan jalannya merupakan tugas. Surve bukan lagi istilah yang asing buat mereka.
9. Jurusam paling solid dan paling berbeda dari jurusan lainnya.
10. Terkadang orang sering mengejek mereka anak "TA" teknik arsitektur  atau "TK" taman kanak "
Karena kegiatan dan tugas merka yang sing menggambar dan mewarna seperti anak tk.

Bagaimanapun, terkadang saja juga merasa bersukur bisa berkuliyah di jurusan teknik arsitektur ini.

Rumahku syurgaku

Rumah merupakan tempat kita kembali setelah pergi
Kemanapun kita pergi, rumah selalu menjadi tujuan kita untuk kembali

"Rumahku adalah syurgaku"
Kata yang sering kali kita dengar namun setiap orang memiliki penafsirannya sendiri tentang kalimat tersebut

Beberapa hal yang dapat mencerminkah tentang kalimat tersebut
1.rumah menjadi salah satu tempat pembawa rahmad.
Tempat beribadah yang dapat Mendekatkan kita pada sang
pencipta .
2.dimana kedamaian dan kenyamanan bisa diperoleh ketika kita berada ditengah orang orang yang kita sayangi.
3.tempat melepas lelah setelah seharian beraktifitas diluar.
4.pengobat rindu.

Terutama bagi mereka yang merantau pergi jauh dari tanah kelahiran
Rumah selalu menjadi tujuan tempat mereka selalu ingin kembali